Galau itu ketika DP Hangus

Galau itu ketika DP hangus


Sebelum pindah permanen, kami sekeluarga sempat berkunjung terlebih dahulu ke SDIT Mutiara Duri ini, setelah bertanya kebagian penerimaan siswa baru, kami mendapatkan jaminan bahwa abang akan diterima di SDIT mutiara. Kamipun lega balik ke Jakarta dengan harapan bahwa abang pasti diterima di SDIT Mutiara.

Karena yang menjadi masalah abang sudah terdaftar di SDI Nurul Iman Pondok Bambu, Jakarta Timur, DP sudah dibayarkan, tentunya saya dan suami sudah sepakat bahwa Dzakwan akan sekolah di SDI Nurul Iman, tetapi takdir berkata lain. Ayah diterima di perusahaan baru dan ditempatkan di Duri, Riau. Kamipun segera rihlah ke duri untuk melihat lokasi dan mencari sekolah yang bagus untuk anak-anak. Ada dua sekolah yang kami kunjungi, pertama sekolah alam dan SDIT Mutiara, Berkeliling dengan dua sekolah ini dan mengobrol dengan para Guru-Guru dan masyarakat sekitar. Setelah mencari sekolah, kamipun melihat rumah, ada beberapa rumah yang saya liat di toko online dan menelp marketingnya dan mengunjungi rumah tersebut.

Kami memutuskan Dzawan dan Tsania untuk sekolah di Mutiara.

Akhirnya Dzakwan tidak jadi lanjut di Nurul Iman dengan terpaksa DP itupun hangus karena pendaftaran siswa baru sudah jauh-jauh hari dilaksanakan.  Namun kami sempat terkendala ketika Dzakwan akan segera mendaftar, itu awal puasa, karena kami baru saja pindah permanen kerumah yang baru saja disewa. Ketika mendatangi pihak sekolah kami ditolak olah panitia dengan alasan bahwa pendaftaran sudah tutup, akhirnya saya menghubungi Bu Yet dan Pak Ahmad yang sebelumnya menjadi penyambung lidah antara saya dan pihak sekolah. Akhirnya Bu Yet memberikan penjelasan bahwa kepala sekolah sedang mengurusi pertambahan kelas, karena peraturan baru dari diknas bahwa kelas satu hanya boleh 3 kelas, sementara tahun lalu murid yang diterima enam kelas. Jadi saat ini murid yang sudah diterima adalah tiga kelas.

Kamipun kaget dan sempat panik juga bagaimana nasib sekolah Dzakwan, sementara DP di Nurul Iman sudah hangus dan murid penggantipun sudah ada disana. Semua membuat terasa rumit dan mencemaskan kami. Akhirnya saya mencari sekolah alternatif sebagai jaga-jaga kalau tidak diterima di SDIT Mutiara.  Sekolah Alam duri, sekolah ini menurut saya sekilas mata yang sudah pernah mengunjungi lokasi dan mendengar informasi “bagus” karena sekolah ini dibangun dengan dasar keislaman yang kuat juga dan lahan sekolah yang sangat asri dan menyenangkan.

Akhirnya saya menelp sekolah alam duri dengan mencari kontak person di fb, karena dari awal saya sudah membuat kertas pendaftaran siswa baru karena sudah yakin Dzakwan akan diterima di SDIT Mutiara. Kontak Person yang berada dipamflet sekolah alam itu ternyata ex Kepala Sekolah Alam, kamipun banyak bercerita, sharing dengan Guru tersebut tentang keunggulan sekolah alam dan beliau menceritakan tentang anak-anaknya yang lulus di sekolah biasa dengan sekolah alam.

Anak ketiga beliau tepatnya lebih komunikatif dan cerdas bahasa karena di sekolah alam setiap hari membahas ensiklopedia, anak disuruh exsplor dari buku yang dibaca dan mempelajari dari segi agama Islam. Semua keliatan menarik dan menantang. Tetapi sekolah alam tersebut juga sudah tutup tetapi ada kemungkinan murid yang tidak jadi karena pindah juga, akhirnya sayapun disuruh menunggu.

Selang beberapa hari SDIT Mutiara tepatnya bu yet menelp saya dan menginformasikan bahwa Dzakwan disuruh datang untuk tes. Alhamdulillah akhirnya kami pun datang dan Dzakwan di tes, Alhamdulillah diterima.




































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mandah

Kartu Pass Chevron

Menggunakan Alat KB