Negosiasi dengan Anak
Negosiasi
dengan Anak
Hari
ini sepulang sekolah Tsania merengek minta jajan ke Bunda, “Bunda aku mau
jajan” dengan segala drama dan alasan Tsania selalu keinginan untuk membeli
jajanan dipenuhi, setiap kali keluar rumah atau pun disekolah selalu bilang
“bunda aku mau beli snack” kalimat ini sudah lekat di telinga kita sekeluarga.
Tsania selalu merengek bahkan menangis ketika keinginan untuk jajan tidak
terpenuhi. Pernah satu kali Tsania sampai menangis kejar karena ayah dan bunda
tidak mengabulkan keinginan tersebut. Syukurnya kejadian ini tidak berlangsung
lama, anak-anak sangat bisa diajak untuk berdiskusi dan negosiasi. Sebelum
berangkat atau sebelum masuk toko kita membuat kesepakatan bersama dahulu bahwa
hari ini kita tidak jajan, atau memberikan pilihan mau ikut tapi tidak jajan
atau menunggu di mobil saja. Terkadang anak-anak memilih untuk tidak ikut
terkadang juga ikut tetapi hanya window shopping aja.
Ketika
disekolah tersebut akhirnya bunda mengajak Tsania untuk bernegosiasi, karena
ternyata jajan tiap hari itu tidak selalu baik untuk Tsania karena yang di beli
biasanya chiki, coklat atau sejenisnya yang mengganggu pada amandelnya. Hingga
pada hari itu bunda menawarkan bagaimana kalau jajan setiap hari jumat, nah
Tsania bilang gini kalau senin dan jumat gimana bunda?dengan muka melas Tsania
memohon, please bunda senin dan jumat yaa jajannya?akhirnya bunda menyetujui
dan akhirnya kita membuat kesepakatan jajan boleh hari senin dan hari jumat
saja.
Untuk
jumlah jajanan pun disepakati bersama, biasanya setiap kali jajan Tsania tak
jarang minta dua atau tiga jenis makanan yang dibeli. Sekarang disepakati jajan
boleh satu aja yaa. Tsania pun menganggukan kepalanya, bertanda setuju.
Demikian
juga dengan membeli mainan, ketika baru pindah ke Duri hampir tiap hari beli
mainan, entah kenapa waktu itu. Tetapi yang pasti proses adaptasi pada awal
pindah cukup menyita energy, karena kita pindah dari Jakarta yang semua serba
mudah diperoleh sebaliknya saat ini semua terasa tidak mudah, mungkin hal ini
yang sering kali membuat anak-anak seringkali rewel dan ayah bunda pun tidak
tega. Namun seiiring berjalannya waktu semua sudah bisa terkondisikan, setiap
kali ada keinginan Dzakwan dan Tsania untuk membeli mainan ayah dan bunda
selalu bilang abang nabung dulu yaaa. Meskipun diiringi dengan sedikit
cemberutan tapi Dzakwan menggangguk tanda setuju.
Pernah suatu kali Dzakwan
melihat skooter kayu disebuah mall, dan meminta untuk dibelikan. Kami mendekat
ke toko tersebut dan bertanya berapa harga skooter ini?lalu sang prabuniaga
menjawab harganya lima puluh ribu. Abang punya duit lima puluh ribu?waktu itu tabungan
abang baru 20ribu, jadi abang harus nabung lagi sampai terkumpul 50ribu yaa.
Akhirnya sambil berpikir dan mengiyakan kata-kata bunda. Namun yang terjadi
keinginan untuk membeli skooter pun hilang begitu saja seiring dengan
berjalannya waktu. Begitulah anak-anak yaa..semua begitu mudah berubah.
Semalam
malah abang berkeinginan lain ketika melihat Gameboy, Gameboy yang tersusun
dalam etalase menjadi incaran Dzakwan, sambil menunjuk “bunda aku mau itu”,
akhirnya bunda bertanya lagi pada penjaga toko, ini harganya berapa bang?ini
harganya 180.000, harganya 180 dzakwan, sekarang abang duitnya berapa?baru
50.000 bunda, jadi abang harus menabung lagi agar bisa membeli game boy
tersebut. Akhirnya Dzakwan menyetujui hal tersebut dan kitapun pulang bersama.
Komentar
Posting Komentar