Hidup di Asrama



Setelah mendengar info kelulusan akhirnya aku berangkat ke Jakarta untuk segera daftar ulang. Dengan penuh semangat menuju ruang pendaftaran yang berada di ruangan Rektorat kampus Islam tersebut. Aku mulai menanyakan info seputar perkuliahan dan tempat tinggal. 

Petugas administrasi menawarkan agar tinggal di asrama puteri yang baju saja selesai dibangun. Akhirnya aku pergi melihat asrama tersebut. Asrama dengan empat lantai dan ukuran yang sangat luas bak hotel berbintang menurutku. Satu kamar terdiri dari 4 kasur, dilengkapi dengan tempat tidur, lemari kayu yang sangat kokoh dengan warna coklat tua, meja belajar dan meja rias yang dilengkapi dengan kaca yang membuatku terpana seketika, membayangkan akan tinggal pada ruangan yang mewah menurutku kala itu. Masih teringat jelas bangunan itu masih baru dengan bau cat khas yang melekat erat dalam ingatan. 

Asrama memberikan banyak pelajaran, aku tinggal satu gedung dengan teman-teman dari berbagai daerah. Ada yang berasal dari Aceh, Medan, Jambi, Madura, Jawa, Lampung, Maluku, Kalimantan, bahkan ada yang dari Malaysia dan Philipina. Perbedaan budaya dan daerah membuat aku paham akan arti toleransi. Meskipun kita berasal dari daerah yang berbeda-beda tetapi tujuan kita semua sama untuk berkuliah menuntut ilmu. 

Asrama juga memberikan pelajaran agar mandiri dengan kehidupan, bagaimana rasanya hidup jauh dari orang tua dengan kehidupan yang sederhana dan pas-pasan. 

Asrama yang berdiri pada lahan yang cukup luas sekitar 2000 meter, memiliki lapangan badminton tepat pada bagian tengah lapangan. Sehingga olah raga badminton sering kali mengisi hari-hari sebelum berangkat kuliah atau pun pada malam hari. Meskipun malam lampu lapangan bersinar terang bak lampu stadion olah raga sehingga menambah semangat kami para penghuni untuk berolah raga, meskipun pada malam hari idealnya olah raga tidak dilakukan. Namun bagi kami para penghuni asrama berkumpul dibawah sinar lampu menjadi suatu yang menyenangkan.

Dapur yang tersedia dilengkapi dengan kompor dan alat masak menambah semangat kami para calon ibu-ibu untuk memasak pada waktu weekend. Karena pasar juga cukup dekat dari asrama tempat kami tinggal.

Asrama ini juga dilengkapi dengan ruang menonton tv, ruangan belajar dan aula di lantai satu. Jadi bagiku asrama ini dulu sangatlah canggih karena  memiliki fasilitas yang lengkap. Aku mendengar kabar kalau asrama ini adalah salah satu sumbangan dari bank dunia, untuk perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

#30dwcjilid31
#day3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mandah

Generasi Milenium

Menggali Bakat Anak Berbahasa