Masa-masa Ospek
Dengan penuh semangat aku langkahkan kaki menuju kampus idaman yang telah lama kutunggu. Hari ini adalah hari pertama aku melanjutkan cita-cita berkuliah di fakultas psikologi. Aku bertemu dengan Kiki dan Vava. Mereka berdua adalah kenalan pertamaku, Kiki anak yang periang dan ceria. Vava anak yang sangat friendly sehingga siapa saja mudah akrab dengan beliau.
Kiki selalu bercerita tentang apa saja. Masih lekat dalam ingatanku bagaimana bersemangatnya Kiki menceritakan tentang SMA nya dahulu hingga akhirnya masuk ke fakultas psikologi dan bertemu denganku.
Lain lagi dengan Vava, seorang gadis cantik berkacamata yang selalu menjadi teman cerita bagiku dan Kiki, dia mengagumi kakak kelas yang menjadi panitia ospek kami kala itu. Setiap kakak kelas ini bicara dan mengajak kita untuk mengikuti yel-yelnya Vava langsung bersemangat dan mengajak aku dan Kiki untuk segera berdiri mengikuti arahan kakak kelas.
Kita yang tadinya asyik mengobrol tiba-tiba dipaksa berdiri untuk mengikuti arahan si kakak kelas. ‘Go psiko go psiko go’, dengan penuh semangat Vava memperagakan dan sambil cekikikan memuji sang kakak kelas yang tiba-tiba saja menjadi idaman Vava. Aku dan Kiki cuma bisa geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Vava bak permaisuri yang sedang dimabuk asmara.
Bagiku hari-hari ospek sangat menyenangkan, dari hari pertama perkenalan kemudian dilanjutkan dengan perkenalan jajaran dekan dan para dosen. Keesokan harinya dilanjutkan dengan permainan-permainan yang syarat ilmu psikologi. Pencerahan dari para Dosen mengenai mata kuliah yang akan kita jalani. Materi-materi yang sangat menarik karena baru kali ini aku ketahui dan semua mencerahkan hati seperti konsep diri, jauhari window, dsb.
Masa ospek atau kami menyebutnya dengan propesa berjalan dengan penuh keceriaan. Kami dengan seragam hitam putih yang dibekali dengan slayer berwarna ungu, dan pin psikologi yang berwarna emas yang berbentuk garpu terbalik yang kami pakai semua sebagai calon mahasiswa psikologi. Dengan penuh bangga setiap masuk aula fakultas semua atribut sudah terpasang pada baju kami para peserta. Tak jarang juga ada yang ketinggalan siap-siap saja untuk kena hukum karena tidak mematuhi peraturan berpakaian lengkap.
Pada hari ketiga para kakak kelas membentuk kelompok, aku, Kiki dan Vava berpisah. Kami berbeda kelompok, aku bertemu dengan Inda kenalan baruku. Inda ternyata berasal dari kampung halamanku, meskipun Inda tumbuh dan besar di Jakarta tetapi aku merasa senang karena mendapatkan teman baru yang satu daerah denganku.
Inda bercerita kalau dia berasal dari keluarga yang broken home, setiap ceritanya membuat aku tertegun dan bersyukur masih punya orang tua yang lengkap. Ketua kelompok kami waktu itu namanya Andi, sosok pria kalem yang cerdas, yang membawa kelompok kami sering mendapatkan prestasi baik selama propesa.
Kelompok kami punya kakak pembimbing yaitu kak Eka dan Kak Ratna. Mereka berdua membimbing kami dengan penuh kesabaran meskipun tak jarang inda membuat masalah ketika itu. Tiba-tiba saja Inda menangis karena teringat masa lalu yang begitu pahit sehingga membuat kelompok kita menjadi telat. Tetapi dengan penuh kesabaran kak Eka dan kak Ratna selalu sabar menghadapi kami.
Penutupan propesa kali itu kami menginap di sebuah villa di kawasan puncak Bogor. Dengan penuh suka cita aku yang baru pertama menginap di villa seperti terbawa suasana baru. Subuh sholat berjamaah yang dilanjutkan dengan tilawah Al-Qur’an dan kemudian lanjut dengan materi-materi tentang psikologi Islam. Pada tengah malam kami dianjurkan untuk sholat tahajjud dan bermuhasabah yang dipandu langsung oleh kakak-kakak kelas pembimbing.
Propesa ini memberikan pengalaman yang sangat berharga bagiku, karena banyak pelajaran baru yang aku dapatkan. Bersyukur itulah yang aku ucapkan ketika propesa berjalan dengan baik.
#30DWC #30DWCJilid31 #Day4
Komentar
Posting Komentar