KMM Pusat
Dari KMM cabang Ciputat lanjut ke KMM pusat. Ternyata KMM punya jaringan yang cukup luas, ada di seluruh kampus di Jakarta. KMM pusat ini terdiri dari pengurus-pengurus KMM cabang atau disebut dengan koorkom (koordinator komisariat).
Aku berkenalan dengan teman-teman dari berbagai kampus mulai dari teman-teman di kampus UI, ITB, Unisba, Trisakti, Yai dan kampus-kampus lain yang tersebar dari berbagai macam daerah. Aku mendapatkan teman baru dari berbagai fakultas juga, tentunya berasal dari minang dan keturunan minang.
Tidak itu saja, acara-acara keadaerahan sering yang diadakan oleh pejabat keturunan minang sering kali kami ikut serta menjadi panitia. Hal ini menjadi pengalaman yang berharga karena bertemu dengan orang-orang berpengaruh pada Negara ini. Termasuk juga dengan artis-artis nasional yang seringkali hadir memeriahkan acara.
Banyak manfaat kuperoleh, relasi dan kenalan baru. Hal ini membuat pikiranku semakin terbuka lebar tentang kehidupan. Pelajaran dari lingkungan merupakan pelajaran yang tidak bernilai dan tidak bisa dibeli dengan sks. Dari acara-acara ini aku banyak belajar tentang adat istiadat, petatah petitih yang sering kali diucapkan para tokoh dalam setiap acara. Budaya daerah yang sudah mulai terkikis oleh perkembangan zaman.
Mungkin bagiku anak muda yang sudah merantau tidak terlalu mengerti adat istiadat. Namun yang aku peroleh malah sebaliknya di perantauan aku banyak belajar tentang arti budaya sesungguhnya. Dalam pidato salah seorang senior waktu itu masih lekat diingatanku “Urang minang tau di nan ampek”, bisa menempatkan diri pada lingkungan “Kato mendaki, kato manurun, kato malereng dan kato madata”.
Kata ini bermakna bahwa kita harus memiliki cara berkomunikasi dengan siapapun itu. Jika orang yang lebih tua dari kita maka kita gunakan kato mandaki yaitu menghormati yang lebih tua mengenatui kapan seriu dan kapan bercanda. Jika yang lebih muda kita gunakan kata manurun yaitu berkata lemah lembut, boleh tegas dan menasehati.
Kata mandata itu adalah pola komunikasi dengan teman sebaya, jadi kita bebas bercanda layaknya bertemu teman. Terakhir kato malereng, ini adalah pola komunikasi pada orang yang disegani. Seperti pemimpin, tokoh atau orang yang disegani.
Contoh petatah petitih seperti ini seringkali aku dengar setiap kali ada acara minang baik itu hal-bi halal. Acara rapat atau acara-acar lain yang setiap waktu banyak jenisnya dan terkadang membuat kewalahan untuk membagi waktu. Tapi semua aku jalani dengan bahagia karena setiap bertemu orang baru terasa ada sebuah ilmu baru yang aku peroleh.
#30DWC #30DWCJilid31 #Day11
Komentar
Posting Komentar