Ketakutan Masa Lalu



Hari itu masih teringat jelas di kepalaku, menginap di sebuah rumah sakit Ibu dan Anak yang berada di kawasan Jakarta Timur. Rumah sakit ini masih tergolong baru, pasien belum banyak dan SOP rumah sakit sepertinya belum berjalan dengan baik.

Kehamilanku kala itu sudah hampir delapan bulan, ketika tengah malam keluar tanda bahwa aku akan segera melahirkan. Semalam memang tidak bisa tidur, entah kenapa ada apa dengan janinku saat itu. Malam itu juga aku bangunkan suami dan kita langsung berangkat ke rumah sakit yang tidak begitu jauh dari rumah. Alasan awal kita memilih rumah sakit ini karena dekat dari rumah, jadi ketika akan melahirkan kami tidak perlu repot harus jauh-jauh untuk kontrol dan lahiran.

Kontraksi sudah terasa dari malam itu, sampai pagi begitu kuat terasa. Akhirnya aku melahirkan pada pukul tujuh pagi, tanpa bantuan dokter karena bayiku keluar begitu saja. Bahkan suster sempat menahan bayiku dengan tangannya karena menurut beliau belum waktunya bayiku lahir. Setelah bayi keluar spontan barulah dokter datang. Bayi yang kami tunggu-tunggu ternyata tidak mengeluarkan suara ketika lahir. Umur bayi pun belum cukup delapan bulan jadi bayiku tergolong prematur dan berat bayi sangat kecil 800 gram.

Allah berkehendak lain, bayi ku cuma hidup satu jam saja ketika itu. Hatiku rasanya hancur berkeping-keping, secara fisik aku tidak merasakan apa-apa namun secara psikis, jiwaku sangat sakit. Menangis setiap saat, itulah yang terjadi waktu itu.

Kejadian ini masih saja menghantuiku meskipun saat ini alhamdulilah aku sudah dikaruniai sepasang anak-anak yang sehat dan lucu. Rasa takut sering kali datang tiba-tiba ketika aku ingin kembali mempunyai anak. Takut kejadian ini terulang lagi, takut memilih rumah sakit yang salah, takut memilih dokter yang meskipun secara kompetensi bagus, tapi ternyata telat dan penanganan anakku pun jadi terlambat. Takut peralatan rumah sakit yang tidak lengkap, karena rumah sakit itu tidak mempunyai NICU dsb.

Namun aku akan berusaha menghapus luka lama ini, membuang jauh ketakutan dan kekhawatiran terhadap pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai harapan.
Meskipun masih terpikir untuk kembali ke rumah sakit di kawasan Menteng yang telah membantu melahirkan sepasang anakku atas rekomendasi dari seorang teman dulu.

Walaupun sekarang keadaan berbeda, setelah ikut  suami pindah dinas, aku sekarang tinggal di sebuah kecamatan di daerah Riau yang jauh dari pusat kota, tepatnya di Duri, kota minyak. Realistis itulah yang sedang ku usahakan saat ini, berusaha untuk bisa bersyukur dan menerima keadaan saat ini dan yakin akan pertolongan Allah dimanapun berada. Karena Allah memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhan manusia. Boleh jadi apa yang kamu benci itu adalah baik bagimu sebaliknya jika itu kamu suka bisa jadi itu tidak baik untukmu. Waalahu a’lam


  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mandah

Kartu Pass Chevron

Menggunakan Alat KB