Berhenti Kerja
Lembaran hasil labor ini cukup menyayat hati. Aku tidak megerti apakah ini bagian dari takdir yang Allah gariskan padaku atau kelalaianku sebagai ibu?Rasa bersalah seringkali menghantuiku. Sehingga tanteku menyarankan untuk berhenti bekerja. Namun sebagian keluarga melarang karena mendapatkan pekerjaan itu tidaklah mudah.
Setelah perenungan yang cukup panjang dan ditutup dengan sholat istiqarah aku memutuskan untuk berhenti bekerja. Dengan segala konsekuensinya akan aku terima itulah tekadku kala itu. Para bos dan klien sangat menyayangkan keputusanku ini. Bahkan diantara klien kantor menanyakan apakah aku tidak betah bekerja dan menawarkan posisi di sebuah bank.
Aku meyakinkan mereka bahwa ini adalah keputusanku dan aku bertanggung jawab dengan keputusan ini. Bosku sempat memberikan gambaran bahwa dulu istrinya berhenti bekerja dan kemudian menyesal dan selalu menyalahkan keadaan. Aku memberi penjelasan Insya Allah itu tidak akan terjadi padaku karena pengalamanku dengan istri boss mungkin berbeda. Aku melewati banyak hal untuk mendapatkan buah hati.
Tidak bisa terbayangkan jika nanti hari tua tanpa anak. Pasti akan terasa sangat sepi. Dan kecemasan itu pasti ada karena kehilangan anak pertama cukup menjadi pelajaran berharga bagiku. Aku tidak mau melewatkan kesempatan berikutnya jika Allah berikan rejeki. Untuk itu aku berusaha untuk memantapkan hati dengan keputusan ini.
Aku harus siap dengan kebiasaan baru nantinya di rumah. Aku pun tidak tahu apakah bisa melewati dengan jalan mulus. Karena keseharianku sudah terbiasa dengan berangkat kerja dan menghabiskan waktu di kantor bahkan sampai malam.
Komentar
Posting Komentar