Sebuah Harapan
Ketika setelah lima tahun KB dan jeda dua tahun menunggu kehamilan, tiba-tiba aku telat haid. Hal ini selalu aku tunggu setiap bulannya. Tespek dengan berbagai merk selalu aku sediakan di rumah. Akupun selalu lebih awal mengecek ketika sudah telat satu hari saja. Bagiku menunggu waktu haid seperti ayam menunggu makanan dari induk semangnya. Begitulah harapanku setiap kali jadwal haid itu datang.
Bahagia itulah yang terasa, hasil tes pertama positif aku bahagia meskipun apakah ini sudah valid hasilnya atau belum. Karena orang-orang bilang hasil tespek bisa saja error. Keesokan harinya aku cek lagi ternyata Alhamdulillah positif. Bahagia itulah yang terasa.
Dengan bergegas aku segera mengajak suami untuk pergi konsultasi ke dokter kandungan. Senyuman selalu menghiasi wajahku setiap waktu, ‘Alhamdulillah penantian panjang segera berbuah’ lirihku dalam hati. Allah membebankan sesuatu sesuai dengan kesanggupan hambanya. Mungkin batas kesabaranku sudah terlewati sehingga Allah segera memberikanku buah hati.
Akhirnya aku kedokter periksa dengan penuh suka cita. Dengan lugas aku bercerita ‘dokter penantiannku akan segera berakhir’ ucapku pada dokter langganan yang selalu sabar melayaniku ketika konsul. Dokterpun ikut bahagia dan mengucapkan selamat.
Usg berjalan diperutku, tampak dari layar yang berada persis dari sampingku. Terlihat janin yang berukuran 2cm, mataku berbinar-binar melihat layar mesih usg itu sembari menatap dan hatiku berdegup kencang karena menunggu telah lama akhirnya aku bisa.
Dokter memberiku vitamin dan asam folat untuk bekal janinku, tak lupa dokter memberi obat penguat kandungan dan memberikan pesan jika aku tidak boleh banyak bergerak karena janin ini masih sangat kecil.
Dengan penuh semangat aku mengganggukkan kepala tanda mengerti dan ‘saya akan menjalankan dengan penuh displin’ ucapku pada dokter. Sesampainya di rumah aku langsun browsing-browsing kehamilan pada masa trimester pertama. Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Nutrisi juga aku lengkapi dengan berbagai macam tips dari dokter kandungan di channel youtube.
Aku langgsung mencatat dan membuat list makanan yang kaya akan nutrisi dan omega 3 bagi para ibu hamil. Suami juga sering tersenyum sendiri ketika melihat semangatku mempersiapkan kelahiran calon bayi kami.
MInggu pertama aku masih beraktifitas seperti biasa. Memasak dan beberes rumah karena dari awal menikah kami tinggal di apartemen yang berukuran kecil dengan dua kamar. Seperti biasa aku memasak masakan kesukaan suami dan aku lengkapi dengan berbagai macam sayuran untuk kebutusan sang calon bayi.
Namun tiba-tiba perutku keram dan terasa nyeri. Aku langsung pergi kekasur dan membaringkan tubuhku. Pemendangan di hadapanku hamparang langit biru terlihat jelas dari atas kasur sehingga membuat relaks pikiranku.
Aku sempat bertanya pada seorang teman bahwa nyeri yang kurasakan membuatku tidak bisa bergerak. Menurut temenku ‘itu biasa karena rahim yang tadinya kecil mengembang jadi nyeri bisa saja berasal dari situ.’ Aku pun merasa tenang setelah mendengar nasehat temanku itu.
Hari-hariku lewati dengan perasaan bersyukur karena Allah masih sayang padaku. Aku tidak mesti menunggu lebih lama lagi untuk mendapatkan seorang bayi. Ketika rutinitas memasak pagi ini tiba-tiba keluar sedikit flek. Aku langsung browsing di internet mencari apakah normal flek ketika trimester pertama. Ternyata setelah aku baca itu adalah sebuah hal yang wajar karena peluruhan sisa-sisa pembuahan, Sedikit lega hatiku. Suamipun menyarankan untuk tidak memasak lagi jadi kami beli makanan dari luar.
Minggu berikutnya aku kontrol ke dokter karena aku harus control setiap dua minggu sekali. Ketika jadwal kontrol itu datang bertepatan dengan flek yang baru saja keluar dan nyeri hebat yang terasa. Kemudian dokter memeriksa rahimku melalui alat usg yang menurutku sangat canggih itu.
Dokter bilang sudah tidak ada lagi janinnya. Sedih dan tiba-tiba saja air mata meleleh dari pipiku. Dokter langsung memberikan nasehat ‘rejeki sudah ada yang atur. Kita cuma menjalankan sesuatu yang sesuai porsi kita saja’ Begitulah pesan dokter padaku ketika itu. ‘Tugas kita berusaha dan berobat pada ahlinya selebihnya itu adalah takdir milik Allah’. Tawakal itulah yang dokter ajarkan padaku ketika itu.
Dokter berpesan jika nyeri langsung datang lagi nanti diberi obat. Hari pertama baik-baik saja terkadang darah masih keluar, tangisan seringkali menemani hari-hariku sepulang dari rumah sakit. Pergi ketoilet air mata bercucuran begitu saja karena darah keluar lagi dan lagi. Aku sedikit bisa menerima kenyataan ini setelah mendengar nasehat dokter.
Keesokan harinya nyeri hebat terasa setelah aku keluar rumah belanja sayur tadi pagi. Aku segera menanyakan pada seorang teman yang memiliki suami dokter kandungan melalui pesan whatsupp. Beliau menyarankan untuk meminum ponstan. Obat penghilang rasa sakit. Alhamdulillah nyeri itu berkurang seratus persen aku kembali beraktifitas karena aku takut setan menggodaku untuk merenungi apa yang telah terjadi yaitu keguguran.
Aku segera menelepon suster mengenai keluhanku ini. Suster menyarankan untuk datang konsultasi dengan dokter. Dalam perjalanan nyeri hebat kembali terasa. Aku segera antri untuk dokter kandungan. Kemudian masuk dan dokter memeriksa melalui USG dan memilhat ada janin di saluran tuba falopi. Dokter bilang ‘ini penyebabnya nyeri ini yaitu hamil diluar kandungan. Seharusnya janin ini berada dalam janin namun ini ada disaluran tuba falopi jadi terasa sangat nyeri sekali karena tumbuh bukan pada tempatnya’ Ucap dokter menjelaskan padaku dengan seksama. ‘Jadi harus segera di operasi sekarang karena darahnya sudah melebur, jika telat bisa lewat’.
Subhanallah perasaanku berkecamuk. Rasanya belum sembuh luka keguguran minggu lalu namun sekarang aku harus operasi lagi tanpa ada anak yang hadir ditengah-tengah kami. Aku tidak diperbolehkan berjalan, dokter menyuruh suster untuk membawaku ke ruang perawatan dengan menggunakan kursi roda. Sementara aku ditempatkan di ruang isolasi sampai hasil swab keluar. Aku menunggu selama 24 jam karena hasil itu perlu menunggu. Selama 24 jam itu nyeri hebat kembali terasa. Perutku terasa sangat nyeri seperti ditusuk-tusuk kemudian dadaku sesak seperti tertusuk duri. Lengkaplah sudah penderitaanku malam itu. Sulit bernafas dan sedih yang berkepanjangan seperti malaikat maut sedang mengintaiku.
Suamiku akhirnya datang setelah selesai rapid tes. Aku merasa tidak sendiri. Ada suami yang membantuku. Kesedihan itu sedikit teralihkan. Kami mengobrol masih Allah berikan informasi lebih awal untuk tindakan operasi.
Sesaknya dadaku ini sepertinya asam lambung sudah naik kedada dan semua terasa sempit di perkuat lagi dengan nyeri perut yang tak kunjung hilang. Aku segera memanggil dokter jaga dan memberikan obat melalui jarum suntik. Aku mulai bisa istirahat sementara waktu dan bisa tertidur dalam keadaan nyeri sudah berkurang.
Sang suami yang dengan setia memanduku untuk menarik nafas dalam sehingga aku bisa relaks dan stress pun berkurang. TIbalah saatnya aku mendapatkan kabar baik kalau hasil tes swap negative berarti aku bisa segera di operasi. Jika sempat terjadi hal buruk hasil tes positif aku akan dirujuk ke RS yang manangani covid.
Alhamdulillah Allah masih sayang padaku. Seolah memberikan kesempatan untuk hidup padaku dan banyak beribadah. Aku menjalani operasi laparaskopi. Aku segera memasuki ruang operasi dan bius total. Seketika hilang kesadaran. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku. Sampai akhirnya aku siuman dan sadar kemudian dibawa ke ruang penyembuhan.
Ketika itu aku menyadari betapa Allah masih memberikan kesempatan hidup bagiku dan berniat akan lebih giat lagi dalam mengisi hari-hariku untuk kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain.
#30dwcjilid33
Komentar
Posting Komentar